Dora Marsden – Properti

Judul: Properti
Penulis: Dora Marsden
Penerbit: Ramu
Ukuran: 12 x 21 cm
Tebal: 17 hlm

Unduh Gratis

Penghormatan terhadap properti milik tetangga kita adalah urusan tetangga kita. Mengurusi masalah orang lain–dan properti–sangatlah membosankan dan menjengkelkan. Mengurus diri kita sendiri adalah minat asli kita: urusan yang tepat dari orang yang sombong. Karena kepemilikan properti tak lebih dari ekspresi personalitas dan kehendak kita, materi yang dengannya kita dapat melakukan apa yang kita inginkan. – Dora Marsden.

 

Patrick Le Tréhondat – Kostya

Judul: Kostya
Penulis: Patrick Le Tréhondat
Penerbit: Ramu
Ukuran: 12 x 21 cm
Tebal: 17 hlm

Unduh Gratis

“Aku sudah tertarik sama ide-ide kiri, khususnya anarkisme, selama setahun ini. Aku ngerasa rilet terus akhirnya nyadar kalau aku ternyata seorang anarkis, atau lebih tepatnya seorang anarko-komunis, aku mulai nyari perkumpulan-perkumpulan dan organisasi anarkis. Pas itu, Aksi Langsung baru lagi aktif, dan enggak mikir panjang aku terus gabung ke mereka.” – Kostya

Louis Michelson – Cinta di Setiap Hari

Judul Buku: Cinta di Setiap Hari: Perlindungan dan Ruang Hasrat Terakhir
Penulis: Louis Michelson
Penerbit: Ramu
Dimensi: 12 x 19 cm
Tebal: 12 hlm

Unduh Gratis

“…ada saat-saat: sebuah kilatan pengakuan, ketika mata kita tiba-tiba saling menatap satu sama lain di tengah-tengah kerumunan yang dibutakan: pertukaran diam-diam dari kemarahan dan rasa simpati ketika seorang bos yang arogan pergi setelah memuntahkan omelan terakhirnya: tangan-tangan itu bersentuhan kala mereka bergoyang di atas lantai dansa yang sesak: mereka bertukar senyum dengan cepat melalui jendela mobil, sebelum lalu lintas membelahnya kembali. Mata itu berkata: Aku tahu kau karena kau sendirian sama sepertiku.”

Bellamy Fitzpatrick – Ajakan Desersi

Judul Buku: Ajakan Desersi
Penulis: Bellamy Fitzpatrick
Penerbit: Penerbit Ramu
Dimensi: 13 x 19 cm | softcover
Tebal: viii + 76 hlm | bookpaper
Harga Normal: Rp 42.000,-

Unduh Gratis

Melalui desersi, yang kita maksudkan ialah bergerak meninggalkan peradaban, baik secara material maupun psikis. Karena peradaban dan negara setiap harinya direproduksi khususnya lewat pemikiran dan gerak tubuh banyak orang yang patuh dan kurang berteori–karena peradaban merupakan yang pertama dan terutama civitas yang kita ciptakan secara psikososial–maka kita harus melepaskannya dengan meninggalkan jalur hidupnya

Radoslaw Antonow – Anarki di Sepanjang Lintasan 201 Meter

Judul Buku: Anarki di Sepanjang Lintasan 201 Meter
Penulis: Radoslaw Antonow
Penerbit: Ramu
Dimensi: 13 x 19 cm | softcover
Tebal: iv + 70 hlm | bookpaper
Harga Normal: Rp 38.000,-

Unduh Gratis

Pengendara sepeda motor seperti halnya seorang anarkis adalah seorang pemuda, seorang pemberontak yang mengikuti kodenya sendiri, yang kerap bertentangan dengan hukum, bertentangan dengan dunia apa adanya, mencari jalan miliknya sendiri, menghargai komunitas dan keterikatannya pada suatu kelompok.

 

Flower Bomb – Sebuah Belati Anarki Liar

“Anarki pasca-kiri saya tak membutuhkan konsensus umum untuk izin bertindak, atau validasi emosional atau persahabatan ketika menghadapi kritik. Tidak ada individu yang lebih layak ketimbang saya sendiri untuk menciptakan hidup saya, oleh karena itu saya tidak menggunakan validasi kelompok ketika membicarakannya.”

Anonim – Puisi sebagai Kenikmatan Pemberontakan Sehari-hari

Unduh Gratis

“Seorang anarkis dengan segala proyek anarkinya selalu dalam keadaan tidak tetap dan terus menerus menjadi. Semuanya mengagambarkan kreativitas spontan yang sarat dengan imajinasi dan penemuan. Artinya, seorang anarkis tentu cocok dengan bahasa puitis. Sekali lagi, puisi adalah anarki. Dengan begitu dapat dipahami juga bahwa proyek pemberontakan anarkis adalah pengejewantahan langsung dari bahasa puisi dalam perjuangan harian individu.”

LIAR: Sebuah Perspektif Anarkis dan Ekologi Dalam

Judul Buku: LIAR: Sebuah Perspektif Anarkis dan Ekologi Dalam
Penulis: Anonim
Penerbit: Diogenes
Dimensi: 14 x 20 cm | softcover
Tebal: vi + 105 hlm | bookpaper

Unduh Gratis

“Berhentilah menyebut planet tempat kita hidup ini sebagai “Bumi”, atau pun “Planet Bumi”. Kita harus mengakui bahwa tempat kita hidup ini sebagai apa adanya: sebagai rumah kita.”